Keamanan Nasional: Pengantar

Keamanan Nasional (NS, National Security), Keamanan Global, dan Keamanan Regional

Keamanan nasional memiliki banyak definisi. Setiap definisi menyediakan beberapa variabel yang dapat dikonseptualisasikan. Salah satu cara menganalisa konsep keamanan nasional, keamanan global, dan keamanan regional ialah dengan menggunakan definisi dari perspektif Realis, Neoliberalis, maupun konstruktivis. Tujuan dari tulisan ini ialah di akhir pertemuan pembaca (baca mahasiswa kuliah Polkemin Univ Airlangga, pada 25 Oktober 2011) dapat memahami konsep keamanan skala nasional, internasional (baca global), dan regional menggunakan pendekatan definisi keamanan tradisional, keamanan kontemporer, dan keamanan konstruktivis.
Pendefinisian ini berasal : (1) pendekatan realis yang menekankan “nasional” sebagai negara, dan (2) pendekatan konstruktivis yang menekankan bahwa keamana yang dimaksud ialah keamanan sipil sebagai unit penyusun suatu negara. Oleh karena itu seringkali keamanan nasional didefinisikan sebagai proteksi terhadap negara dan warganegaranya  individu2nya.
Keamanan nasional didefinisikan sebagai sayarat yang itu menentukan kelangsungan negara (survival of the state) Realis. Keamanan internasional (dan atau global) didefinisikan sebagai syarat yang menjamin perdamaian internasional melalui korporasi keamanan banyak negara (states and international peace) neoliberalis. Keamanan regional didefinisikan sebagai syarat demi memaksimalkan kemakmuran suatu negara-negara dalam satu wilayah tertentu.
Tatanan dunia yang unipolar, bipolar, maupun multipolar hingga dunia yang terdiri dari peradaban-perdaban ikut menentukan perkembangan konsep keamanan (baik nasional, internasional, dan regional). Dalam tulisan Ferguson, keamanan global (internasional) dapat berasal dari keamanan nasional suatu negara. Hal ini mungkin terjadi pada negara sebagai hegemon atau sistem unipolar. Contohnya Amerika Serikat pada pasca Perang Dingin. Contoh kasus ialah serangan 9/11 pada 2001. Yang diserang ialah Amerika Serikat, tetapi kemudian Amerika Serikat mendeklarasikan “war on Terror” yakni memerangi teror di seluruh dunia secara global. pergeseran dari keamanan nasional menjadi keamanan internasional atau keamanan global menjadi mungkin apabila dilakukan dalam sistem unipolar. Dalam tulisannya Ferguson mengungkapkan kekhawatiran apabila unipolarism (hegemoni) tidak ada, maka keamanan internasional akan terancam. Banyak diskusi yang mengungkapkan bahwa kekhawatiran Ferguson tersebut merupakan pesimisime yang tidak perlu. Mengapa demikian? Dalam dunia multipolar saat ini yang mana terdapat beberapa negara dengan power yang sedang meningkat seperti negara berkembang justru dapat mengelola keamanannya sendiri dalam konteks regional. Hal inilahyang kemudian memunculkan “regional security”. Bukannya diakomodasi oleh satu negara sebagai hegemon, keamanan regional dikelola dalam organisasi regional yang mengedepankan norma-norma kerjasama demi menciptakan kestabilan di wilayah masing-masing. Inilah yang menjadi optimisme dalam konteks sekuriti apabila hegemon berkurang.
Kekhawatiran Ferguson, lahir bukan tanpa alasan. Ferguson melihat bahwa ketidakhadiran hegemon akan mengakibatkan tantangan-tantangan dalam mencapai keamanan internasional. yang mana (1) negara akan cenderung saling mengandalkan diri sendiri (self help) yang memungkinkan “keamanan suatu negara, ialah ketidakamanan bagi negara lain” (silakan dicari sendiri ini kutipan dari realis tulisannya siapa  ). Kedua, ketidakhadiran hegemon mengakibatkan tatanan internasional akan kembali ke jaman Westphalia yang mana dikelola oleh entitas serupa Christendom, atau dengan kata lain kembali menuju ke era “Dark Ages”. Dark Ages ini sendiri juga telah disinggung oleh Huntington, yakni Clash of Civilization. Tatanan dunia global terpecah dalam peradaban-peradaban yang saling bersengketa. Isu ini telah muncul pasca 2001, yang mana seluruh dunia sekarang dalam aksi WoT waspada dengan kebangkitan Islam sebagai kekuatan yang mengimbangi/ menantang hegemoni Barat.
Kekhawatiran Ferguson, juga terbukti, bahwa dalam tatanan dunia yang sekarang lebih cenderung multipolar saat ini, keamanan semakin sulit untuk dicapai. Misalnya keamanan lingkungan. Keamanan lingkungan sulit dicapai apabila hegemon sendiri menolak untuk terlibat. Contoh riil ialah stagnasi keputusan dalam Copenhagon Accord untuk menggantikan Protokol Kyoto yang berakhir pada 2012. Energy security ialah contoh lain bagaimana keamanan energi tercapai ketika ada hegemon yakni negara2 produsen minyak berkumpul dalam organisasi petroleum dunia (OPEC) untuk menjaga kestabilan harga minyak. Kestabilan dan ketersediaan energi merupakan isu sentral dalam energy security.
Pertanyaan selanjutnya? Apakah hegemoni Amerika Serikat telah berkurang? Siapakah yang mendukung sistem multipolar saat ini? BRICKS? EU, atau Civilization? Inilah yang menjadi isu sebenarnya dalam memprediksi keamanan nasional dan internasional maupun regional dalam hubungan internasional. berikut ialah ringkasan mengenai ketiga konsep diatas yang bisa dielaborasi lebih lanjut:
National Security Global Security Regional Security
DOMAIN State States Regional organization (ECOWAS, African Union, Liga Arab, ASEAN, Mercosur, dll)
MATTERS Power, Military, Economics and exercising diplomacy Multilateral Diplomacy Diplomacy
WHAT AT STAKES? Survival of The State Peace and International Security Wealth, establishing stabil international community, economics, cooperations
UN, GNB CIS, ASEAN, MERCOSUR, dll

RINGKASAN


Keterangan:
Unipolar: bisa balance of power, concert of europe, atau hegemon
Bipolar: tatanan dalam CW
Multipolar: tatanan dunia kontemporer (neoliberalis)
World of Civilizations : tatanan dunia pasca 2001

Studi kasus
1. War on Terrorism dimension of power (military, and diplomacy)
2. Bretton Woods  fixed exchange rate  floating exchange rate 9economic dimension
3. Environment dimension  Failed/ pending ( Copenhagen Accord and Kyoto Protocol) due to hegemony absence
4. Energy security multipolar (OPEC)
5. Regional Security  through regional organizations

Comments

Popular posts from this blog

The European Monetary Crisis Explained

Foreign Policy as A Complex Phenomenon

GEOSTRATEGI AMERIKA SERIKAT