GEOSTRATEGI AMERIKA SERIKAT


Pertemuan ketujuh, 21 April 2011


Pendahuluan:
Geopolitik suatu kawasan selalu mengalami dinamika dan fluktuasi melalui fase jatuh bangunnya rezim dan supremasi. Perang Dingin menandai jatuhnya sistem bipolar sekaligus jatuhnya supremasi Uni Soviet sehingga tatanan dunia internasional menjadi unipolar dengan sentral power terletak pada Amerika Serikat. Amerika Serikat selaku aktor unipolar dengan kapabilitas strategis militer, ekonomi (melalui Sistem Breton Wood sekaligus Dolar AS) memiliki kepentingan nasional yang kompleks sekaligus komprehensif demi menjamin proyeksi sphere of influence di berbagai daerah. Aspek penting yang menjadi fokus kajian strategi Amerika Serikat terkait dengan beberapa sektor penting seperti: (1) deposit minyak di Timur Tengah, (2) ideologis demokratisasi Amerika Serikat, (3) konflik Israel-Palestina, dan (4) menegakkan perdamaian selaku Polisi Dunia.

Tujuan:
Mahasiswa mampu mampu menganalisa keterkatian konsep geopolitik dan geostrategi dalam menjelaskan strategi AS dalam menguasai wilayah-wilayah dunia


Pembahasan Materi
Geostrategi Amerika Serikat (Amerika Serikat) dari waktu ke waktu mengalami perubahan menyesuaikan dengan perubahan geopolitik di kawasan yang mana AS memiliki sejumlah kepentingan. Strategi AS dari setiap era, sejak Perang Dunia I, pasca Perang Dunia II, Perang Dingin, dan era kontemporer pasca Perang Dingin selalu mengalami perubahan karena kontesk geopolitik dan geostrategi di seluruh dunia mengalami perkembangan dan perubahan yang secara signifikan juga mempengaruhi proyeksi pengaruh AS di beberapa negara dan kawasan tertentu. Perubahan kebijakan strategis AS tersebut bukan merupakan proses yang singkat tanpa kalkulasi yang teliti. Kalkulasi terkait dengan geografis suatu wilayah dan rezim yang memerintah menjadi faktor utama yang menentukan kebijakan strategisnya. Adapun dalam pembahasan topik pertemuan ketujuh, fokus geostrategi AS di kawasan Timur Tengah dan di negara Irak, Afghanistan, dan China.

Strategi AS di Irak. Irak terkenal sebagai negara dengan cadangan minyak dan saat itu Irak disinyalir sebagai sumber inspirasi negara-negara untuk menentang dominansi dan hegemoni AS pasca Perang Dingin sehingga masuknya intervensi AS di Irak diprioritaskan untuk menekan simbol insipirator gerakan anti-Amerika dan anti-Barat, dalam hal ini Saddam Husein. Dalam usaha menghadapi Sadam Husein di Irak, Amerika Serikat memunculkan isu Weapon Mass Destruction (WMD) di Irak dalam usaha untuk menjatuhkan Rezim Saddam Husein sekaligus melancarkan agresi untuk mengokupasi Irak dengan justifikasi menegakkan hak asasi manusia dan pemerintahan demokrasi. Konsekuensi logis dari geostrategi yang demkian ialah: (1) adanya proyek rekonstruksi yang dinisiasi oleh AS, (2) anggaran pembiayaan perang AS meningkat, dan (3) resko politik “kepentingan nasional” yang berhadapan dengan “tuntutan domestik” pada periode Obama. Pasca kejatuhan Sadam Husein, AS memprediksi kemudahan-kemudahan dalam mengimplementasikan strateginya lebih jauh ke Timur Tengah, selain di Arab Saudi, Kuwait, dan Yaman. Sebaliknya, AS berhadapan dengan kelompok-kelompok anti-Amerika Serikat dan anti-Barat yang dalam tulisan Samuel Hutington diilustrasikan sebagai awal terjadinya “clash of civilization” yang mana Barat berhadapan dengan kebudayaan Islam.

Strategi AS di China selalu terkait dengan isu jangka panjang perseteruan China-daratan dengan China-Taiwan. Perkembangan geopolitik China dan Taiwan selalu menjadi isu sentral perubahan geopolitik China dan Asia Timur pada umumnya. China selalu mengklaim wilayah laut China Selatan sebagai bagian dari sphere of influence-nya. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan ambisi China guna mengukuhkan kekuatan maritimnya atas selat Taiwan dan perairan Indochina. Terkait dengan hal tersebut, AS bersikap persuasif dan terus menerus melancarkan pendekatan hati-hati secara diplomatis dan softpower salah satunya dengan mengajukan proposal keanggotaan China di WTO yang disetujui pada 2001 diterimanya China sebagai anggota WTO sejak 11 Desember 2001 .

Strategi AS di Afganistan ditentukan oleh kondisi dan situasi geopolitik Afganistan antara lain: (1) mengingat Afganistan berbatasan dengan banyak negara yang sangat efektif untuk mengamankan jalur pasokan dan transportasi minyak Amerika Serikat dengan mengalihkan jalurnya melewati Turki dan negara-negara lain yang masih berada dalam pengaruh Amerika Serikat sehingga kepentingan utama AS di Afganistan ialah terkait dengan deposit minyak dan jalur minyak di kawasan Asia, (2) Afganistan secara geografis berpeluang sebagai celah masuk (entry point) Amerika Serikat ke wilayah Asia Tengah, dan berhadapan langsung dengan Rusia di wilayah penyangganya (buffer zone). Konsekuensi terhadap dua hal di atas ialah untuk menjamin jalur strategis minyak dan gas AS sampai ke Turki.

Strategi Amerika Serikat, secara keseluruhan di Timur Tengah, Irak, Iran, Lybia, dan Afganistian dan seluruh Timur tengah lainnya semata-mata untuk menjamin keamanan kepentingan terkait dengan isu Palestina dan Israel. Selain itu, kepentingan utama AS dan keterkaitannya dengan hubungan dan pengaruh rezim di Timur Tengah terletak pada minyak sebagai bahan dasar utama bahan bakar industri Amerika Serikat. Akan tetapi, pernyataan diplomatis pentingnya pengaruh AS di Timur Tengah selalu ditujukan untuk menegakkan demokrasi dan menjamin pemerintahan yang lebih demokratis sebagai ganti terhadap rezim otoritarianisme yang diyakini AS hanya mengakibatkan lebih banyak pelanggaran hak asasi manusia di kawasan tersebut, misal pengukuhan pemerintahan demokratis melalui pemilihan umum di Irak pada 2008 lalu.
Proyeksi strategi AS di beberapa wilayah merupakan manifestasi kekuatan dan pengaruh Amerika Serikat. Adapun hal tersebut ditunjang oleh kapabilitas strategis AS yang unggul sebagai negara maritim power. AS dikenal sebagai salah satu negara maritime power karena Amerika Serikat melengkapi dan menjamin keamanan pengaruhnya melalui penempatan basis-basis armadanya di beberapa tempat strategis seperti di Arab Saudi dan Kuwait. Penempatan armada dan angkatan laut di tempat-tempat strategis tersebut juga berguna untuk mengamankan jalur suplai minyak ke Amerika Serikat, yang selama ini masih dilakukan sebagian besar melalui jalur laut. Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri bahwa masing-masing kawasan di Timur Tengah dan China menjadi kunci Strategis AS, utamanya di negara-negara yang memiliki akses terhadap Teluk Persia dan Samudra Hindia.

Tantangan dan resiko strategi AS. Adapun terkait strategi AS untuk mencapai kepentingan nasionalnya di beberapa kawasan tersebut, seperti China, dan Timur Tengah menuai sejumlah kontroversi dari konstituen domestiknya. Rakyat Amerika Serikat selalu menuntut penarikan pasukan di beberapa daerah konflik seperti Irak dan Afganistan. Tidak hanya itu, tuntutan serupa diutarakan oleh internasional seperti negara-negara Islam dan mayoritas Islam (Indonesia) yang menyebut keberadaan tentara Amerika Serikat di Irak dan Afganistan sebagai bentuk “invasi”, “okupasi”, dan “imperialisme”. Tantangan kedua strategi Amerika Serikat di kawasan-kawasan tersebut terletak pada pemerintahan Obama yang dikenal mengedepankan reformasi struktural di dalam batas internal negaranya, yang berkonsekuensi berkurangnya animo pemerintahan Amerika Serikat untuk terlibat dengan sejumlah isu-isu dan persoalan internasional. Kondisi dan situasi politik Amerika Serikat yang demikian mengakibatkan munculnya kekhawatiran bahwa suatu saat anggaran militer Amerika Serikat mengalami pemotongan anggaran berkaitan dengan kondisi finansialnya yang masih belum pulih secara optimal dari krisis keuangan pada 2008 lalu. Walaupun demikian, tidak bisa dielakkan bahwa kepentingan Amerika Serikat yang tampak jelas ialah mengedepankan strategi yang bertujuan menjamin perlindungan kepentingan Israel dari isu pembebasan Palestina dan cadangan minyak di Timur Tengah.

KESIMPULAN
Sejak berakhirnya Perang Dingin, proyeksi geogstrategi AS selalu mengalami perubahan sebagai konsekuensi terhadap dinamika politik, ekonomi, dan geografi politik di beberapa kawasan, utamanya di Timur Tengah, Irak, Afganistan dan China sebagai fokus kajian geopolitik dan geostrategi. Perubahan proyeksi geostrategis tersebut tidak melalui proses singkat tanpa kalkulasi teliti terhadap variabel-variabel yang mempengaruhi seperti tipe rezim, kondisi masyarakatnya, dan kultur politik. Strategi AS di Irak, misalnya, disinyalir untuk menekan sumber inspirasi negara-negara yang menentang dominansi dan hegemoni AS pasca Perang Dingin dan menekan persepsi anti-Amerika dan anti-Barat. Konsekuensi logis dari geostrategi yang demkian ialah adanya proyek rekonstruksi yang dinisiasi oleh AS sehingga membuka peluang investasi asing leluasa masuk di Irak yang bertujuan untuk mencipatakan ketergantungan struktural pada AS. Strategi AS di China selalu terkait dengan isu jangka panjang perseteruan China-daratan dengan China-Taiwan. Perkembagnan geopolitik China dan Taiwan selalu menjadi isu sentral perubahan geopolitik China dan Asia Timur pada umumnya. Menyaksikan usaha China untuk mewujudkan tidak hanya hegemoni ekonomi tetapi sekaligus ambisi imperial di kawasan Asia Timur, AS bersikap persuasif dan terus menerus melancarkan pendekatan hati-hati secara diplomatis dan softpower salah satunya dengan mengajukan proposal keanggotaan China di WTO yang disetujui pada 2001 diterimanya China sebagai anggota WTO sejak 11 Desember 2001. Melalui kekuatan ekonomi dan otoritatif AS dalam tubuh WTO, AS dapat dengan leluasa meletakkan China berada di sudut pengawasannya dan memiliki kendali terhadap aktivitas perekonomian dan kebijakannya. Strategi AS di Afganistan ditentukan oleh kondisi dan situasi geopolitik Afganistan antara lain: (1) mengingat Afganistan berbatasan dengan banyak negara yang sangat efektif untuk mengamankan jalur pasokan dan transportasi minyak Amerika (2) Afganistan secara geografis berpeluang sebagai celah masuk (entry point) AS ke wilayah Asia Tengah. Dalam usaha untuk mengaktualisasikan strateginya, AS melakukan pendekatan diplomasi yang dikenal dengan “diplomasi Opium” yang mana AS menjaga agar penduduk Afganistan tetap diijinkan untuk melakukan penanaman Opium sebagai kekuatan
ekonomi lokal dan mata pencaharian penduduknya agar mereka tidak beralih mendukung Taliban sebab bergabungnya kekuatan penduduk dengan Taliban akan berkonskuensi untuk memaksa pengaruh AS keluar dari Afganistan. Selain itu, AS selalu mengedepankan manifesto politik untuk menciptakan rezim Afganistan yang selalu kooperatif dengan kepentingan AS di sana. Strategi Amerika Serikat, secara keseluruhan di Timur Tengah, Irak, Iran, Lybia, dan Afganistian dan seluruh Timur tengah lainnya semata-mata untuk menjamin keamanan kepentingan terkait dengan isu Palestina dan Israel. Selain itu, kepentingan utama AS dan keterkaitannya dengan hubungan dan pengaruh rezim di Timur Tengah terletak pada strategi AS untuk menciptakan ketergantungan rezim-rezim Timur Tengah, yang kaya minyak. Akan tetapi, pernyataan diplomatis pentingnya pengaruh AS di Timur Tengah selalu ditujukan untuk menegakkan demokrasi dan menjamin pemerintahan yang lebih demokratis sebagai ganti terhadap rezim otoritarianisme demi penegakan hak asasi manusia dan isu-isu kemanusiaan lainnya. Proyeksi strategi AS di beberapa wilayah merupakan manifestasi kekuatan dan pengaruh Amerika Serikat. Ditunjang oleh kapabilitas strategis AS yang unggul sebagai negara maritim power. Penempatan basis-basis angkatan militer dan armada lautnya di beberapa tempat strategis seperti di Arab Saudi dan Kuwait semata-mata untuk mengamankan jalur suplai minyak ke Amerika Serikat, yang selama ini masih dilakukan sebagian besar melalui jalur laut. Tantangan dan resiko strategi AS. Adapun terkait strategi AS untuk mencapai kepentingan nasionalnya di beberapa kawasan tersebut, seperti China, dan Timur Tengah menuai sejumlah kontroversi dari konstituennya. Selain itu, tidak bisa dielakkan bahwa kepentingan Amerika Serikat yang tampak jelas ialah mengedepankan strategi yang bertujuan menjamin perlindungan kepentingan Israel dari isu pembebasan Palestina dan cadangan minyak di Timur Tengah.


Kata Kunci : geostrategi Amerika Serikat, geopolitik Timur Tengah, geopolitik Irak, geopolitik China, Geopolitik Afganistan


Guiding Question:
1. Bagaimana tantangan strategis geopolitik Amerika Serikat di masing-masing wilayah tersebut?
2. Bagaimana resiko dan faktor yang menentukan strategi AS di masing-masing wilayah tersebut?
3. Bagaimana analisis keterkaitan strategi AS dalam geopolitik penguasaan masing-masing wilayah tersebut?


Referensi
Jakub G Grygiel.2006. Lessons for The United States dalam “Great Powers and Geopolitical Change”. Baltimore: The Johns Hopkins University Press., p.164-178.
-------------------.2006. The Geostrategy of Ming China (1364-1644) dalam “Great Powers and Geopolitical Change”. Baltimore: The Johns Hopkins University Press., p.123-163
William H Overholt. 2008. Asia, America, and the Transformation of Geopolitics. London: Oxford University Press., pp. 263-293
------------------. 2008. Asia, America, and the Transformation of Geopolitics. London: Oxford University Press., pp. 63-168
------------------. 2008. Asia, America, and the Transformation of Geopolitics. London: Oxford University Press., pp. 223-260

Comments

Popular posts from this blog

Problem Multikultural di Negara Monokultural: kasus Uyghur di Provinsi Xin Jiang terhadap mayoritas China Han, RRC

TEORI-TEORI GEOPOLITIK