Globalisasi, Pertumbuhan Ekonomi, dan Kemiskinan:
Renny Candradewi P 070810532
Review singkat tulisan Jagdish
Bhagwati (2004) “Poverty: Enhanced or Diminished” mengungkapkan persoalan
globalisasi dan persepsi pertumbuhan ekonomi negara berkembang terletak pada integrasi
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan respon kebijakan pemerintah
terhadap situasi dan kondisi yang mempengaruhinya.
Prospek pertumbuhan ekonomi dalam
globalisasi dipahami dalam tiga konteks: (1) globalisasi ialah mesin
pertumbuhan ekonomi, (2) globalisasi dalam perdagangan memicu pertumbuhan
ekonomi, dan (3) pertumbuhan ekonomi akhirnya mengurangi kemiskinan (Bhagwati,
2004: 53). Realisasi ketiga poin di atas ialah peningkatan bagian atau porsi
pendapatan (parsial atau perseorangan). Akan tetapi, porsi pendapatan ini
sangat sulit direalisasikan di negara berkembang mengingat kurangnya koleksi
data statistik yang mendukung sehingga menurut Bhagwati hal yang paling mungkin
dilakukan ialah meningkatkan porsi secara keseluruhan. Sebagaimana dikutip, if there was no way to significantly affect
the share of the pie going to the bottom 30 percent, the most important thing
was to grow the pie (Bhagwati, 2004: 54).
Bhagwati juga menyebut bahwa
pertumbuhan bukan hal bersifat pasif, melainkan aktif, artinya membutuhkan
peran aktif pemerintah seperti membangun pelabuhan, pembangungan infrastruktur
trasnportasi yang memicu masuknya investasi asing. Tidak hanya dengan melakukan
penyimpanan anggaran domestik, investasi luar negeri dapat meningkatkan pembentukan
modal dan pekerjaan (Bhagwati, 2004: 54). Pertumbuhan sendiri seharusnya
diiringi dengan diversifikasi, tidak hanya berpatok pada kuantitas karena bertambahnya
porsi total juga diikuti oleh bertambahnya porsi lain untuk pertumbuhan. Jika
salah satu aspek diabaikan maka yang terjadi ialah tidak hanya kejenuhan pasar
yang berakibat pada terjadinya
minimnya data statistik dan distribusi
pendapatan yang bermanfaat untuk memproyeksikan rencana pembangunan yang tepat
sasaran. Karena hal tersebut, mereka akhirnya memproyeksikan pertumbuhan pada
hasil akhir, yakni indikator pertumbuhan ekonomi untuk mengurangi kemiskinan
itu sendiri.
Negara berkembang melihat wacana
globalisasi sebagai kesempatan untuk meningkatkatkan intensitas perdagangan
yang selanjutnya menyerap tenaga kerja untuk mengurangi kemiskinan. Nyata
sekali kebijakan tersebut berdampak kecil sekali terhadap usaha mengentaskan
kemiskinan. Konsentrasi kebijakan negara menjadi terfokuskan pada perdagangan,
pertumbuhan ekonomi, dan ketenagakerjaan saja daripada upaya yang secara
langsung ditujukan untuk mengurangi kemiskinan. Selain itu, globalisasi juga
hanya menjadi kesempatan manakala memiliki modal, tetapi menjadi hal sebaliknya
bagi yang tidak memiliki modal apalagi yang tidak memiliki inisiatif mengambil
resiko karena orang-orang tersebut takkan siap apabila sewaktu-waktu mengalami
kerugian.
Pada dasarnya Bhagwati menyalahkan
kebijakan pemerintah yang seringkali tidak teliti menangani persoalan
sesungguhnya dan lebih menekankan kebijakan untuk semata-mata menaikkan
pendapatan nasional.
Terkait dengan pertumbuhan,
terdapat dua tipe orientasi pertumbuhan: industri berat terhadap industri
ringan dan investasi modal intensif dengan investasi tenaga kerja intensif,
yang keduanya berdampak berbeda terhadap upaya pengentasan kemiskinan.
Pertumbuhan ekonomi yang berorientasi ekspor besar-besaran hasil industri berat
hanya akan mengurangi permintaan tenaga kerja kasar yang sebenarnya merupakan
komposisi besar kemiskinan itu sendiri. Sumbangan terhadap ketidakmerataan
distribusi pendapatan juga semakin besar. Sedangkan pertumbuhan ekonomi yang
berorientasi ekspor industri ringan akan menggerakkan segmen industri-industri
kecil dan lebih memaksimalkan pemberdayaan banyak pekerja tidak terlatih (tidak
memerlukan pelatihan). Upaya yang demikian akibatnya akan meningkatkan
permintaan pekerjaan dari sektor kalangan bawah, dan oleh karenanya lebih
efektif dalam membantu mengatasi kemiskinan. Selain itu, sumbangan terhadap
pemerataan pendapatan juga semakin besar, artinya kenaikan pendapatan akan
lebih terdistribusi sampai ke segmen masyarakat paling bawah dan bukan
sebaliknya (Bhagwati, 2006: 56).
Pengentasan kemiskinan bukan
hanya menjadi problem ekonomi, melainkan juga problem struktural. Bukanlah
strategi terakhir pengentasan kemiskinan dengan mengijinkan orang-orang miskin
mendapatkan kemudahan pinjaman kredit dan investasi.
Globalisasi dan Ketidakmerataan
Diasumsikan standar hidup dan
barang-barang mengalami pertambahan nilai, diversifikasi fungsi, dan dibuat
dari sumber daya yang menipis yang mengakibatkan harga di tingkat konsumen
menjadi tinggi. Sementara itu, peningkatan pendapatan warga di negara
berkembang mengalami nol peningkatan bahkan menurun, yang artinya penduduk
miskin semakin bertambah jumlahnya. Maka yang terjadi ialah ketimpangan ekonomi
yang semakin besar. Gagasan terpenting diungkapkan oleh Martin Wolf berisi
bahwa penyebab sepenuhnya tidak terletak pada proses dan fenomena globalisasi
itu sendiri. Melainkant terletak pada interaksi pendukung globalisasi dan
anti-globalisasi. Negara yang anti-globalisasi cenderung tidak menganut
strategi berorientasi mendukung globalisasi. Sedangkan negara yang menganut
globalisasi akan cenderung untuk memanfaatkan utamanya dengan terjun langsung
ke dalam integrasi ekonomi internasional. Martin Wolf menyalahkan pada
anti-globalisasi yang mengakibatkan ketimpangan tersebut terjadi. Martin Wolf
memberikan ilustrasi perkembangan ekonomi India.
Referensi
Bhagwati, Jagdish. 2004. “Poverty:
Enhanced or Diminished?”, dalam In
Defense of Globalization, Oxford: Oxford University Press,
pp. 51-67
Wolf, Martin. 2005. “Incensed about Inequality”, dalam Why
Globalization Works, New Haven: Yale Notabene, pp.
138-172
Comments
Post a Comment