GEOSTRATEGI RUSIA DI ASIA TENGAH DAN EEC


Pertemuan kedelapan, 12 Mei 2011
Pendahuluan:
Geopolitik Rusia diturunkan dari fitur-fitur geopolitik yang pernah dimiliki oleh Uni Soviet. Geopolitik Rusia sebagian besar meliputi warisan masa lalu yang mana Rusia pernh menjadi hegemoni di kawasan tersebut. Kawasan yang kini telah terpecah menjadi tiga wilayah politik: (1) CIS (Commonwealth of Independent States), (2) kawasan negara Balkan (Ex Yugoslavia: Bosnia Herzegovina, Serbia, Kroasia, Slovakia, Montenegro, Slovenia, Republik Macedonia, dan Kosovo), dan GUAM (Georgia, Ukrainan, Uzbekistan, Azerbaijan, dan Moldavie). Sebagaimana wilayah Rusia yang berdekatan dengan kekuatan eksternal lainnya seperti Amerika Serikat, China, Iran, dan Turki membangung kompleksitas kepentingan di wilayah tersebut. Adapun kompleksitas kepentingan tersebut didominasi oleh dua faktor utama yakni terkait dengan kemanan energi, dan permainan kekuatan-kekuatan di sekitarnya. Selain dipengaruhi oleh kepentingan negara, geopolitik Rusia juga dipengaruhi oleh kepentingan organisasi internasional yang terlibat di kawasan tersebut seperti NATO (dominan pengaruh Amerika Serikat dan sekutu), Europeand Union (EU), SCO (Shanghai Coorperation Organizations) dominan pengaruh China, CIS (dominan pengaruh Rusia) yang memainkan pengaruh masing-masing untuk penetrasi dalam wilayah tersebut, adapun organisasi lain yang terlibat ialah Black Sea Economic Cooperation (BSEC), the Black Sea Force (BLACKSEAFOR), the Caspian Sea Force (CASFOR), dan the Collective Security Treaty Organisation (CSTO). Orientasi kepentingan dan power play di wilayah tersebut ditujukan untuk menjamin produksi dan konsumsi energi bagi negara-negara berkepentingan tetap aman.


Tujuan:
Mahasiswa mampu menganalisa interaksi konsep geopolitik dan geostrategi arti penting Asia Tengah dan EEC bagi Rusia

Pembahasan Materi

Geopolitik Rusia merupakan turunan dari geopolitik Uni Soviet. Jatuhnya Uni Soviet pada 1991 menyebabkan perubahan geopolitik. Jatuhnya Uni Soviet mendatangkan serangkaian isu baru yang mesti dihadapi oleh suksesor, yakni Rusia. Isu tersebut sebagian besar terkait dengan penganiayaan terhadap minoritas, kebangkitan nasionalisme negara-negara pecahan Soviet dan negara-negara di Balkan, dan revolusi (Revolusi Oranye, serangkaian demonstrasi dan protes yang terjadi di Ukraina pada November 2004 hingga Januari 2005 sebagai reaksi terhadap korupsi pemerintahan, intimidasi semasa pemilihan, dan kecurangan pada pemilu; dan Revolusi Pink atau revolusi Tulip, ialah revolusi pertama di Kyrgiztan yang berakhir pada jatuhnya Presiden Askar pada pemilhan parlementer pada 27 februari dan 13 Maret 2005 yang mengklaim pemerintahan berbuat korup dan otoriter). Geopolitik Rusia di Ex-Yugoslavia terkait dengan isu etnis minoritas (Muslim, Serbia, dan Slavia, Albaneese dan Macedonia) sebagai kelompok besar penyusun Yugoslavia (terdahulu). Yugoslavia dikenal sebagai wialyah yang meiliki banyak perbedaan kultur dan agama yang menyebabkan ketidakstabilan politik, isu kemanusiaan, dan pengungsi sampai sekarang. Dapat dikatakan daerah tersebut memiliki banyak entry point bagi power play kekuatan eksternal seperti NATO utamanya dan Rusia.

Geopolitik Rusia. Setelah sepuluh tahun kolapsnya Uni Soviet, pengaruh Uni Soviet dalam Rusia masih mengantuai retorika politik dan imjinasi teritorial Rusia di seluruh wilayah bekas Uni Soviet (John O’Luoghlin dan Paul F Talbot, 2005). Wilayah di Asia Tengah sarat dengan disintegrasi dan upaya untuk menciptakan imajinasi geopolitik yang mendukung konstruksi identitas tunggal, yakni Rusia. Pembentukan identitas tunggal ini telah menjadi inti arah kebijakan luar negeri yang dikampanyekan oleh Putin sejak tahun 1991. Di luar kepentingan untuk menjaga keamanan pipa gas dan minyak menjadi komoditas perekonomian Rusia, geopolitik Rusia selalu ditujukan untuk mendukung identitas tunggal (yakni Russians) di seluruh wilayah bekas Uni Soviet. Implementasinya ialah Rusia menginisiasi pembangungan pemukiman Rusia yang memiliki sasaran untuk reunifikasi serluruh orang-orang Rusia dan Slavia Timur, Belarus, Utara Kazakstan (Utara Siberian) (John O’Luoghlin dan Paul F Talbot, 2005: 24). Kolapsnya Uni Soviet, tidak menjamin tegaknya demokrasi penuh pada suksesor statenya, sebaliknya Rusia saat ini gencar mengetatkan arus informasi yang masuk ke wilayahnya dengan mendapatkan kontrol penuh terhadap media (John O’Luoghlin dan Paul F Talbot, 2005: 24). Conth kedua, Deklarasi “war on terror” oleh Amerika Serikat menjadi momentum yang digunakan AS untuk memasuki media dibawah pengaruh Rusia seperti Kirgiztan dan Uzbekistan, hal ini kemudian ditolak pemerintah Rusia yang menyebabkan hubungan kedua negara melonggar. Terkait dengan

Ukraina, Rusia memiliki sejumlah kekhawatiran bahwa negara tersebut akan tersedot dalam pengaruh Uni Eropa (Ukraina mendapat tawaran untuk menjadi anggota terakhir Uni Eropa, tetapi upaya ini terus mendapat halangan dari Rusia). Misalnya, Rusia melihat pemilihan umum di Ukraina pada November 2004 lalu mendapat pengaruh usaha Barat untuk menyedot Rusia dalam struktur NATO-EU. Disertai opresi Rusia dalam pemilihan tersebut, akhirnya berujung pada terjadinya Revolusi Oranye (Wilson, 2004).
Geopolitik di Ukraina. Ukraina menjadi panggung keseimbangan pengaruh dan kepentingan Rusia dan Uni Eropa. Ukraina memiliki jalur strategis gas dari Rusia ke Uni Eropa sehingga hal ini membenarkan politik luar negeri Rusia yang terus ingin Ukraina berada dalam sphere of influencenya atau tidak tersedot dalam Uni Eropa.

Geopolitik Rusia di wilayah Kaukasus. Jatuhnya Uni Soviet mengakibatkan kekosongan power di wilayah Kaukasus. Kebijakan Stalin sendiri di Kaukasus menjadi sumber konflik di kawasan tersebut, Stalin mendukung secara politis pihak minoritas.

Kondisi problematis wilayah Asia Tengah sejak dulu hingga sekarang selalu dinamis. Dulu, Asia tengah menjadi lokasi pertarungan politis dan pengaruh antara kekaisaran Inggris dan Russia pada abad kesembilan belas. Saat ini, wilayah tersebut menjadi perebutan banyak kekuatan eksternal seperti China, Rusia, dan Amerika Serkat sekaligus aktor-aktor lokal seperti Georgia, Armenia, Turki, dan beberapa organisasi internasional lainnya. Adapun kepentingan aktor eksternal dan internal tersebut sangat beragam: (1) Amerika Serikat menginginkan jaminan akses minyak dari Asia Tengah melalui jalur yang dibangun di Irak dan mencegah transportasi minyak melewati Iran, (2) Eropa menginginkan Asia Tengah keluar dari sphere of influnce-nya Rusia sehingga dengan demikian dapat mengurangi hegemoni Rusia sebagai distributor utama minyak ke Eropa, (3) NATO dilihat sebagai proyeksi kekuatan militer AS dan sekutunya (Uni Eropa) untuk mendukung gerakan politis yang berkuasa di negara-negara Asia Tengah, (4) secara lebih spesifik, geopolitik di kawasan Asia Tengah sangat dipengaruhi oleh kekakayaan sumber daya minyak dan gas serta jalur pipa gas dan minyak dari Laut Kaspia, negara-negara Balkan dam ketergantungan negara-negara besar dan di sekitarnya terhadap dominasi Rusia sebagai distributor dan supplier gas ke wilayah lainnya, dan (5) isu kemanusiaan dan terorisme sebagai entry point pengaruh dan intervensi kekuatan eksternal di Asia Tengah dan sekitarnya.

KESIMPULAN
Secara singkat, geopolitik di Asia Tengah dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) wilayah ex-Yugoslavia, terkait dengan tradisi sejarah dan geopolitik minoritas yang
30
menentukan permainan kekuatan di wilayah tersebut sebagai entry point intervensi kekuatan eksternal, (2) geopolitik di negara-negara Balkan, instabilitas politik sebagai sasaran permainan kekuatan eksternal untuk melakukan intervensi dan ketertarikan negara-negara Balkan untuk condong pada pengaruh Eropa yang membuat mereka sangat anti-Rusia, (3) daerah Kaukasus, merupakan konstelasi pengaruh Rusia dan Uni Eropa terkait dengan keamanan energi tentang jalur minyak dan gas, (4) CIS (Commonwealth of Independent States) merupakan wilayah penyangga sebagai keseimbangan kepentingan seluruh kekuatan eksternal di sekitarnya. Negara-negara CIS beberapa pro-Rusia, menjalin kerjasama dalam SCO-China, juga berkooperasi dengan NATO-Amerika Serikat. Geopolitik yang berperan di wilayah Asia Tengah, Ex-Yugoslavia, dan Rusia antara lain terkait dengan aspek bangsa-bangsa yang ada di wilayah tersebut, minoritas, dan warisan sejarah dari Uni Soviet yang masih membentuk geopolitik teritorial imajiner sebagai bekas kekuasaan Uni Soviet. Sedangkan geostrategi yang bermain di wilayah tersebut antaralain konstelasi kekuatan eksternal dan aktor internal yang berkepentingan utamanya dalam hal politik dan energi sekuriti minyak dan gas dan jalur-jalur transportasinya, sekaligus kesetimbangan kekuatan antara Rusia di sekitarnya, meskipun sampai sekarang Rusia masih menjadi aktor dominan di wilayah tersebut.


Kata Kunci : geostrategi Rusia, geopolitik Asia Tengah, geopolitik EEC


Guiding Question:
1. Bagaimana interaksi konsep geopolitik dan geostrategi arti penting Ukraina bagi Rusia?
2. Bagaimana interaksi konsep geopolitik dan geostrategi arti penting Georgia bagi Rusia?
3. Bagaimana interaksi konsep geopolitik dan geostrategi arti penting Ex-Yugoslavia bagi Rusia?
4. Bagaimana interaksi konsep geopolitik dan geostrategi arti penting CIS bagi Rusia?

Referensi
Andrew Wilson, “Ukraine's 'Orange Revolution' of 2004: The Paradoxes of Negotiation”, in Adam Roberts and Timothy Garton Ash (eds.), Civil Resistance and Power Politics: The Experience of Non-violent Action from Gandhi to the Present, Oxford University Press, 2009, pp. 295-3
O’Loguhlin, John dan Paul F Talbot. 2005. Where in the World is Russia?Geopoltiical Perceptions and Preerences of Ordinary Russians. Eurasion Geography and economics, 2005, 46, no. 1, pp. 23-50. Copyright 2005 by V.H. Winston & Son, Inc.

Comments

Popular posts from this blog

The European Monetary Crisis Explained

Foreign Policy as A Complex Phenomenon

GEOSTRATEGI AMERIKA SERIKAT