GEOSTRATEGI DAN GEOPOLITIK CHINA



Pertemuan kesembilan, 19 Mei 2011
Pendahuluan:
Geopolitik suatu kawasan selalu mengalami dinamika dan fluktuasi melalui fase jatuh bangunnya rezim dan supremasi. Perang Dingin menandai jatuhnya sistem bipolar sekaligus jatuhnya supremasi Uni Soviet sehingga tatanan dunia internasional menjadi unipolar dengan sentral power terletak pada Amerika Serikat. Pada era Perang Dingin, kekuatan hardpower menjadi indikator utama kekuatan geopolitik suatu negara. Pada era abad 21, sumberdaya gas alam dan minyak menjadi komoditas strategis yang turut menentukan geopolitik dan strategi suatu negara. China, misalnya sebagai salah satu aktor memiliki kapabilitas strategis ekonomi pasca liebralisasi ekonomi yang dicanangkan pada 2005 lalu, memiliki kepentingan nasional yang kompleks sekaligus komprehensif demi menjamin proyeksi sphere of influence di berbagai kawasan seperti Afrika, Asia Tengah dan Semenanjung Korea. Aspek penting yang menjadi fokus kajian strategi Amerika Serikat terkait dengan beberapa sektor penting seperti: (1) deposit minyak di Asia Tengah dan Afrika, (2) Afrika sebagai pasar potensial produk industri China, dan (3) menjamin kestabilan perdamaian di Semenanjung Korea.
Tujuan:
Mahasiswa mampu menganalisis interaksi konsep geopolitik dan geostrategi dan arti strategis Afrika, Asia Tengah, dan Korea bagi China
Pembahasan Materi
Sudah menjadi hal umum dalam studi Geopolitik dan Geostrategi bahwa geostrategi suatu negara di suatu wilayah sangat ditentukan oleh dinamika geopolitik di kawasan tersebut. Afrika, misalnya, China telah menjalin hubungan dengan Afrika sejak berlabuhnya kapal China yang dipimpin oleh Zheng He di pantai timur Afrika pada 1418. Pada awal abad 20, awalnya China masuk dengan ide-ide imperialisme. Misalnya pada 1950-1960, China menjalin hubungan dengan Afrika melalui pemberian bantuan militer dan isu ideologi. Pada 1980, China mengirim teknisi untuk pembangungan jalan kereta api antara Tanzania dengan Zambia Dar Es Salaam. Pada 1996, China menjadi investor minyak utama bagi Sudan
33
melalui perusahaan minyaknya CNPC (China National Petroleum Corporation) dans aat ini saham China di persuahaan Greater Nile Petroleum sebesar 40%.
Hubungan China di kawasan Afrika juga menjadi semakin erat sejak 2004 diadakannya Konverensi Tingkat Tinggi antara China dan negara-negara Afrika. Pada 2006, China mengumumkan adanya hubungan Strategic Partnership China dan Afrika dalam Forum on China-Africa Cooperation (FOCAC) di bidang politik dan ekonomi yang dihadiri oleh 48 negara. Dengan demikian, secara umum dapat kita peroleh gambaran posisi strategis China bagi negara-negara di Afrika sangat kuat (Dw-World, 2007).
Adapun beberapa penjelasan yang menjelaskan motivasi strategis China di Afrika antara lain: (1) faktor ekonomi yang mana China memandang Afrika sebagai kawasan strategis dan berpotensi untuk memenuhi kebutuhan energi minyak sekaligus potensi pasar besar bagi produk-produk industri China, (2) faktor politik, memeperkuat bargaining position China di dunia internasional melalui dukungan banyak negara Afrika dalam berbagai keanggotaan rezim internasional, organisasi internasional, institusi internasional dan lainnya, (3) proyeksi China terhadap kawasan-kawasan lain seperti Amerika Selatan, Timur Tengah, dan Asia Tenggara yang dinilai mengalami tren stagnasi, banyak pesaing dari Amerika, konvergensi militer Amerika Serikat dan lainnya (Gross, 1988).
Berbeda dengan Afrika, strategi China di Asia Tengah berdasarkan kondisi terkait jaringan pipa Asia tengah misalnya di Kazakshtan terdapat jalur Pipa gas yang terhubung hingga ke provinsi Xin Jiang di china. Berdirinya Shanghai Cooperation Organisation pada 2001 dengan keanggotaan sebagian besar berasal dari negara-negara Asia Tengah disinyalir sebagai proyeksi strategis China di kawasan tersebut sebagai usaha turut mengisi kekosongan kekuasaan pasca runtuhnya Soviet.
Secara keseluruhan geopolitik dan geostrategi China di berbagai kawasan terkait dengan sumberdaya alam sebagai komoditas ekonomi dunia (minyak dan gas) dapat diperoleh melalui pemahaman strategi String of Pearls China. String of Pearls merupakan manifestasi peningkatan pengaruh geopolitik China melalui usaha untuk meningkatkan akses pelabuhannya dan bantuan udara, mengembangkan hubungan diplomatis khusus, dan modernisasi kekuatan militer yang memanjang dari Laut China Selatan melewati Selat Malaka, Samudra Hindia, hingga ke Teluk Arab (Pherson, 2011).
String of Pearls meliputi akses jalur “Sea-line” dan pelabuhan (“Pearls” menjadi metafora merujuk pada pelabuhan-pelabuhan strategis) yang dinisiasi oleh China bermula dari Selat Hormus, samudra Hindia, Selat Malaka, dan Laut China Selatan sedangkan “Pearls” merujuk pada pelabuhan strategis yang terletak di Pakistan (Gwadar Port), Sri Lanka
34
(Hambantota Port), Bangladesh (Pelabuhan Kontainer di Chittagong), Burma (mendukung Burma sebagai suplier minyak), Kamboja (jalur kereta), dan Thailan di Kra Istmus (proyek dihentikan). Adapun tujuan utama strategi tersebut, String of Pearl, ialah untuk menjamin: (1) Energy-shipping minyak dan gas, (2) kelancaran jalur perdagangan internasional, dan (3) secara politik dan militer menjamin kepentingan penyebaran pengaruh di kawasan tersebut.
Ketiga hal tersebut merupakan implikasi dari proyeksi geopolitik saat ini antara lain: (1) ¼ dari jalur perdagangan barang internasional, misalnya tercatat terdapat 94.000 kapal termasuk kapal pengangkut minyak melewati Selat Malaka, dan (2) 30% transportasi minyak dilakukan setiap harinya melalui Teluk Arab.
Terkait dengan kondisi geopolitik di Semenanjung Korea dan konsekuensi logisnya terhadap geostrategi China di kawasan tersebut, Semenanjung Korea memuat sejumlah situasi dan kondisi antara dua negara yakni Korea Utara dan Korea Selatan yang sangat kompleks. Kompleksitas tersebut melibatkan adanya presites nasional, kebutuhan energi, konflik masa lalu dan dua peran kekuatan eksternal di kawasan tersebut, melibatkan pengaruh demokrasi yang berhadapan dengan komunisme. Banyak yang beranggapan bahwa Perang Korea sejak 1950 lalu belum berakhir ditandai dengan adanya ekskalasi konflik yang mengganggu kestabilan kawasan. Berbagai isu seperti percobaan senjata nuklir dan perbatasan menjadi dua isu terpenting yang mendominasi hubungan Korea Utara dan Korea Selatan. Kalkulasi geopolitik China yang berperan di kawasan tersebut sangat bermacam-macam, antara lain (1) kepentingan China untuk memaksa Amerika Serikat keluar Asia dan menetapkan Asia Timur sebagai bagian dari Sphere of Influence-nya China, (2) kepentingan China untuk tetap menjadikan Korea Utara sebagai daerah penyangga pengaruh Amerika Serikat di Korea Selatan dan basis militer AS di Okinawa, Jepang, dan (3) mendukung kebijakan One China Policy seputar perseteruannya dengan Taiwan. Terlepas dari ketiga hal utama di atas, China selalu mengedepankan strategi untuk tidak benar-benar berada dalam satu pihak tertentu (utamanya Korea Utara) maupun Korea Selatan, hal ini dijelaskan dalam peran China dalam Six Party Talks dan tidak terlalu berambisi untuk menjadi penengah konflik yang terlalu agresif. Dalam prakteknya, strategi China dalam diplomasi selalu mengedepankan mental “menyenangkan semua orang tetapi tetap egois” (Pleased everybody but stay egoist).
KESIMPULAN
Geostrategi suatu negara di suatu wilayah sangat ditentukan oleh dinamika dan fakta-fakta geopolitik di kawasan tersebut. Afrika, misalnya, China telah menjalin hubungan
35
dengan Afrika sejak 1418. Pemberian bantuan militer, bantuan ekonomi, dan mendukung hubungan strategis antara China dan Afrika dalam keanggotaan organisasi internasional seperti PBB. Hubungan China di kawasan Afrika juga menjadi semakin erat sejak 2004 diadakannya Konverensi Tingkat Tinggi antara China dan negara-negara Afrika (Dw-World, 2007).
Motivasi strategis China di Afrika antara lain: (1) faktor ekonomi Afrika sebagai kawasan strategis dan berpotensi untuk memenuhi kebutuhan energi minyak sekaligus potensi pasar besar bagi produk-produk industri China, (2) faktor politik, memperkuat bargaining position China dalam berbagai keanggotaan rezim internasional, organisasi internasional, institusi internasional dan lainnya, (3) proyeksi China terhadap kawasan-kawasan lain yang dinilai mengalami tren stagnasi (Gross, 1988). Berbeda dengan Afrika, strategi China di Asia Tengah berdasarkan kondisi terkait jaringan pipa Asia tengah misalnya di Kazakshtan terdapat jalur Pipa gas yang terhubung hingga ke provinsi Xin Jiang di China. Shanghai Cooperation Organisation pada 2001 konsekuensi proyeksi strategis China di kawasan tersebut. Secara keseluruhan geopolitik dan geostrategi China di berbagai kawasan terkait dengan sumberdaya alam sebagai komoditas ekonomi dunia (minyak dan gas) di berbagai kawasan dapat dirangkum dalam pemahaman strategi String of Pearl China. String of Pearl merupakan manifestasi peningkatan pengaruh geopolitik China melalui usaha untuk meningkatkan akses pelabuhannya dan bantuan udara, mengembangkan hubungan diplomatis khusus, dan modernisasi kekuatan militer yang memanjang dari Laut China Selatan melewati Selat Malaka, Samudra Hindia, hingga ke Teluk Arab (Pherson, 2011). Ketiga hal tersebut merupakan implikasi dari proyeksi geopolitik saat ini yakni jalur perdagangan barang internasional sebagian besar dilakukan melalui laut. Kepentingan dominan China di Semenanjung Korea selalu ditujukan menjaga sphere of influencenya dari campur tangan pengaruh Amerika Serikat di kawasan tersebut sekaligus tidak memihak salah satu sisi tetapi tetap berpendirian tampil sebagai negara yang egois yang selalu lebih mementingkan negaranya sendiri daripada mengurusi negara lain, hal ini berbeda dengan prinsip politik luar negeri Amerika Serikat yang selalu ingin menanamkan pengaruhnya pada suatu kawasan dengan mencampuri urusan internalnya. China muncul dengan mengedepankan strategi diplomasi untuk tidak mencampuri urusan internal kawasan tertentu dan mengedepankan keuntungan yang bisa diperoleh dari pengaruh yang ditanamkan melalui hubungan bisnis, ikatan ekonomi, dan persamaan haluan politik.
Kata Kunci : geostrategi China, geopolitik China, Afrika, Asia Tengah, String of Pearls
36
Guiding Question:
1. Bagaimana interaksi geopolitik dan geostrategi dalam arti strategis The String of pearl strategy bagi China?
2. Bagaimana interaksi geopolitik dan geostrategi dalam arti strategis Afrika bagi China?
3. Bagaimana interaksi geopolitik dan geostrategi dalam arti strategis Asia Tengah bagi China?
4. Bagaimana interaksi geopolitik dan geostrategi dalam arti strategis Korea (Korea Utara dan Korea Selatan bagi China?
Referensi
Christopher J. Pehrson, String of Pearls: Meeting the challenge of china’s rising power across the Asian littoral
Dw-World, 2007, Hubungan China-Afrika Lebih Untungkan China, http://www.dw-world.de/dw/article/0,2144,3042763,00.html
Gross, John. 1988. The NewYork Times, August 26

Comments

Popular posts from this blog

GEOSTRATEGI AMERIKA SERIKAT

Problem Multikultural di Negara Monokultural: kasus Uyghur di Provinsi Xin Jiang terhadap mayoritas China Han, RRC

TEORI-TEORI GEOPOLITIK