DINAMIKA KERAJAAN, NEGARA, BANGSA, DAN KOTA

Pertemuan keempat, 31 Maret 2011
Pendahuluan:
Dinamika politik, utamanya tatanan dunia, tidak bersifat statis. Hal ini selaras denganpernyataan kaum liberal yang mengusulkan bahwa tatanan dunia merupakan proses yang melibatkan interaksi aktor hubngan itneransional satu sama lain dan prposisi Realis yang mengatakan bahwa setiap aktor mesti bertindak mengkuti kepentingan nasional masing-masing (Mingst, 2009: 82). Perubahan dalam tatanan dunia tersebut dipengaruhi oleh berbagai isu dan aspekyang memungkinkan munculnya aktor baru yang menggantikan aktor lama. Oleh karena itu, meneliti dinamika tatanan dunia dalam konsep geopolitik artinya meneliti perkembangan agennya yakni kerajaan (‘empire’), negara, negara-bangsa, dan kota polis.
Tujuan:
Mahasiswa mampu menganalisis keterkaitan interaksi dinamika politik politik dan strategi ‘empire’, negara, negara-bangsa, bangsa, dan kota dalam sebuah dunia yang terus berubah dalam konsep geopolitik
Pembahasan Materi
Seringkali konteks geopolitik berkaitan erat dengan akhir abad kesembilan beals yakni masa persaingan antara ‘empires’ (Inggris Raya, Belanda, Spanyol, Portugis, dan Perancis) sedang meningkat. Fokus analisa pada chapter ini membicarakan bagaimana struktur seperti kota, negara-negara, bangsa-bangsa, dan ‘empires’ berinteraksi satu sama lain dan dinamika apa yang mereka bawa dalam konsep geopolitik dan geostrategi.
‘Empire’ dibangun berdasarkan luas pengaruh terhadap wilayahnya. Contoh ‘empire’ saat ini ialah Perserikatan Bangsa-bangsa dan Uni Eropa dengan asumsi nilai-nilai demokrasi sebagai ‘sphere influence’ untuk memelihara kekuasaan. Pengertian tradisional suatu ‘empire’ selalu identik dengan penaklukan suatu wilayah. Akan tetapi konteks tersebut telah mengalami perubahan dan memperoleh definisi yang lebih modern, yakni berdasarkan pengakuan ideologis seperti demokrasi vis a vis komunisme. Aspek struktural suatu ‘empire’
12
ialah adanya penguasa (emperor), raja, dan gubernur yang dipilih, serta adanya suatu perluasan teritori (ekspansi).
Negara dibangun melalui pengakuan terhadap batas-batas wilayahnya secara hukum dan yurisdiksi masing-masing. Struktur yang dimiliki oleh banyak negara ialah adanya pemimpin yang terpilih, kedaulatan yang diakui, dan batas-batas teritorial.
Bangsa, pemahaman secara geopolitik diperoleh dari keberadaan aspek sosial dan budaya yang mempengaruhi penggambaran geografis batas-batasnya. Prinsip kebangsaan ini muncul karena adanya perasaan memiliki (sense of belonging).
Kota, strukturnya ialah melakukan satu fungsi dominan misal sebagai kota perdagangan saja, sebagai kota pelabuhan, sebagai kota finansial dan lainnya. Ukurannya yang relatif kecil tidak membatasi kapabilitasnya. Artinya, biarpun kecil tapi berperan penting dan sangat kuat dan berpengaruh. Perkembangan suatu kota sangat bergantung pada jaringan-jaringan yang dimanfaatan di sekitarnya.
Dicontohkan sebagai suatu ‘empire’ tradisional ialah Inggris, Belanda, Spanyol, Rusia Tsar, dan lainnya. Sedangkan ‘empire’ modern ialah Perserikatan Bangsa-bangsa dan Uni Eropa. Contho negara ialah Amerika Serikat, Swis, Indonesia, Malaysia, dan lainnya. Contoh bangsa yakni Kurdi, Tibet, Jawa, dan lainnya. Contoh bangsa-negara ialah Italia dan Perancis. Contoh kota pada era klasik ialah Athena, Sparta. Contoh kota saat ini ialah Singapura dan Hong Kong.
Konsep geopolitik pada era ‘empires’ yang melibatkan kekuatan ‘Old World’ (Inggris, Perancis, Spanyol, Belanda, dan Portugis) identik dengan ekspansi wilayah demi mendapatkan pasar rempah-rempah dunia dan sumber daya alam, utamanya Emas (Short, 1993).
Inggris Raya pada abad kesembilan belas menjajah dan menduduki wilayah teritori yang luas dan signifikan di daerah yang mengelilingi daratan besar Eurasia. Ambisi Inggris Raya yang demikian tidak lepas dari keinginan Inggris Raya untuk mendominasi kekuatan Maritim dunia guna bersaing dengan kekuatan daratan Jerman dan Rusia di wilayah Eurasia. Sehingga pengaruh Inggris Raya mendirikan kota-kota pelabuhan menjadikannya sebagai negara Maritim terkuat (Flint, 2007).
Jerman sebagai suksesor ‘Empire of Holy Roman Habsburgh’ juga melalkukan tindakan politik serupa dengan melakukan ekspansi ke wilayah di sekitarnya hingga ke Eropa Tengah. Selain itu beberapa negara yang memiliki karakter ‘empire’ yang demikian di era Modern anatara lainialah Amerika Serikat (melalui nilai demokrasi dan neoliberalisme), Uni Soviet (melalui nilai komunisme dan sosialisme), Jepang pada era kekaisaran Hirohito dan
13
saat ini melalui dominasi partisipasi perekonomian di Asia Timur, dan China (melalui dominasi partisipasi pengaruh politik dan perekonomian di Asia).
Uraian di atas berbicara tentang dinamika yang terjadi pada aktor-aktor geopolitiknya mempengaruhi tatanan dunia yang diidentikkan dengan jatuh bangunnya ‘empire’. Konteks dinamika berdasarkan kekuatan ekonomi, persebarang pengaruh juga berperan merubah tatanan dunia yang ada. Salah satunya ialah Jhon R Short (1993) melandaskan tatanan dunia pada kelompok negara yakni ‘superpower, major power, dan minor power; Alfred T Mayhan (Flint, 2007) melandaskan pemikirannya pada tatanan dunia yang dibentuk oleh dua kekuatan, yakni kekuatan Maritim dan kekuatan Daratan; Spykman menambahkan dengan adanya kekuatan Udara (Flint, 2007), Mackinder membagi secara struktural dua kekuatan dunia yakni kekuatan yang menduduki daratan utama (‘Pivotal Area), pinggiran (Crescent Area), dan ‘Old World’-‘New World’ milik Seversky (Flint, 2007). Sedangkan tananan dunia saat ini memanfaatkan variabel ekonomi (di luar konsep geopolitik, melainkan ‘geopolitics’) contohnya ialah Tatanan Dunia menurut Imanuel Wallerstein yang mengelompokkan negara: ‘core’, ‘semiperipherial’ dan ‘pheripherial’.
Kesimpulan
Dinamika tatanan dunia secara geografi dan politik menunjukkan fluktuasi akibat fenomena negara yang terus berkembang seiring dengan kemajuan di teknologi, informasi, dan aspek multidimenasional yang lain. Hal tersebut menuntut aktor geopolitik memainkan peran yang lebih spesifik. Kekuasaan tidak lagi terpusat pada konsep power semata akan tetapi juga melibatkan variabel penyebaran pengaruh (sphere of influence).
Kata Kunci : kerajaan, negara, negara-bangsa, kota polis
Guiding Question:
5. ‘Empires’: bagaimana situasi, struktur dan variabel yang terlibat berkonsekuensi terhadap dinamika politik dan geografi suatu kerajaan? Jelaskan beserta contoh ‘empire’ era klasik dan ‘empire’ modern saat ini!
6. ‘Cities as Polis’ : bagaimana situasi, struktur dan variabel yang terlibat berkonsekuensi terhadap dinamika politik dan geografi suatu kota polis? Berikan contohnya!
14
7. The State and The World Order’: bagaimana situasi, struktur dan variabel yang terlibat berkonsekuensi terhadap dinamika politik dan geografi suatu negara dan berkontribusi terhadap perubahan tatanan dunia? Berikan contohnya!
8. ‘Nation-State and State as Spatial Entity’: bagaimana situasi, struktur dan variabel yang terlibat berkonsekuensi terhadap dinamika politik dan geografi suatu keruangan suatu negara dan lokasi? Berikan contohnya!
Referensi
Cohen, Saul Bernard. 2002. “Geopolitics of The World System”. London: Rowman and Littlefield Publishers
Flint, Colin. 2007. “Introduction to Geopolitics”.. London: Routledge
Marieke, Peters. 2006. "Geopolitics: From European Supremacy to Western Hegemony".
Mingst, Karen. 2009. The Essentials of International Relations. London: W.W. Norman Publishing
Short, Jhon Rennie. 1993. “An Introduction to Geographical Politics”. London: Routledge

Comments

Popular posts from this blog

The European Monetary Crisis Explained

Foreign Policy as A Complex Phenomenon

Dinamika Kebijakan Publik